[STORY] | PATUNG | (ONESHOT)




PATUNG


Kebisingan kota sudah menjadi makanan sehari-hari bagiku. Aku dilahirkan di kota ini dan sampai sekarang masih berada di kota ini. 16 tahun berada dalam kebisingan sudah lebih dari cukup untuk membuatku terbiasa.
Pagi ini aku pergi berbelanja ke distrik pertokoan tak jauh dari rumahku. Ibu dan ayahku sedang bekerja. Mereka jarang pulang ke rumah, jadi aku harus mengurus kebutuhanku sendiri. Aku biasa belanja di swalayan langgananku yang berjarak 14 toko dari jalan utama. Cukup jauh memang, tapi seperti yang aku bilang tadi. Aku sudah terbiasa.
Ketika akan sampai di swalayan, aku melihat sebuah toko  yang sangat ramai tepat di sebelah swalayan itu. Supaya mudah aku sebut toko ke 13.  Aku rasa itu toko baru karena aku belum pernah melihat toko itu sebelumnya dan juga dengan antrian sepanjang ini biasanya hanya pada saat pembukaan pertama sebuah toko baru. “MEET & EAT” itulah nama yang terpasang diatas pintu depan toko. Dari namanya mungkin ini restoran kecil yang menyediakan daging sebagai menu utamanya.  Di sebelah pintu masuk ada sebuah maskot bebek yang tengah mengenakan seragam pegawai toko itu sambil satu jarinya menunjuk ke atas. Mungkin karena ini hari pertamanya. Di bagian depan bajunya terdapat tulisan “SHY DUCK!” kurasa itu nama maskotnya. Ada satu orang anak yang berfoto dengan maskotnya. Aku jadi ingin foto juga. Ah aku tidak punya waktu untuk itu sekarang. Aku harus belanja sebelum terlalu ramai nantinya.
                Setelah berbelanja cukup lama aku keluar dari swalayan tepat tengah hari. Ternyata toko itu masih sangat ramai. Apa dagingnya sangat enak sampai membuat antrian sepanjang ini sejak pagi? Kurasa besok aku harus mencobanya juga.
                Besoknya aku bangun pagi sekali dan bergegas ke toko itu sebelum antriannya panjang. Aku berlari mengejar waktu. Begitu sampai, ada yang berbeda dari maskotnya. Hari ini posenya mengedipkan sebelah mata, tangan kiri dikepal sambil berkacak pinggang, dan tangan kanannya membentuk tanda PEACE dengan dua jari terbuka. Mereka mengganti patung maskotnya menyesuaikan jumlah hari mereka buka. Benar-benar totalitas. Aku ingin berfoto dengan maskotnya tapi aku melihat antrian di dalam toko sudah hampir sampai di pintu masuk. Tapi ini masih pukul 06:30, sepagi apa mereka mulai bekerja?  Aku melihat di kejauhan dari arah jalan utama orang-orang berbondong-bondong mengarah ke sini. aku langsung masuk dalam antriannya. Mungkin berfotonya nanti saja setelah makan. Aku juga tidak sabar ingin makan dagingnya.
                Penampilan toko ini di bagian luar dan dalam sangat berbeda sekali. Bagian luarnya terkesan sederhana dan biasa saja sama seperti restoran kelas menengah yang lain. Tapi bagian dalamnya terasa mewah, interiornya terlihat berkelas. Pekerjanya tak banyak, hanya dua orang saja. Ternyata mereka menggunakan mesin untuk bagian pemesanan dan kasir otomatis. Sangat luar biasa untuk sebuah toko kecil. Awalnya aku khawatir dengan harga makanan yang disediakan tapi setelah melihat menunya aku terkejut karena harganya sama seperti harga makanan di kedai-kedai kecil. Aku langsung memesan menu yang menjadi favorit di sisni. Hanya dalam waktu 5 menit pelayan mengantarkan pesanan ke mejaku.dia tak mengatakan apapun dan langsung kembali ke dapur setelah meletakkan pesanan di mejaku. Mereka sedikit aneh, tapi masa bodoh. Aku ingin makan.
                setelah makan aku langsung membayar dan keluar dari toko karena antrian yang padat. Aku merasa puas sekali karena bisa makan makanan yang lezat dengan harga murah, walaupun sedikit janggal tapi biarlah. Sekarang aku ingin berfoto dengan maskotnya.  Sebelum aku, ada seorang gadis tetanggaku yang berfoto dengan maskotnya dan yang memotret sepertinya kekasihnya. Aku iri.
                Begitu mereka selesai aku langsung mengeluarkan smartphoneku dan berselfie dengan maskotnya. Setelah itu aku langsung pulang dengan wajah bahagia. Namun langit terlihat mendung, sepertinya akan hujan.
                Ketika sampai di rumah aku langsung mengunci pintu. Ayah dan ibu menelpon kalau mereka tidak pulang hari ini karena ada urusan. Aku hanya sendirian di rumah. Langit yang mendung membuat rumahku gelap. Karena masih siang, listrik di rumahku mati. Bukan karena pemadaman, tapi memang sistem otomatis yang dipasang ayahku agar lebih hemat biaya. Jadi untuk saat ini aku hanya menggunakan lilin. Beruntung rumahku hanya satu lantai dan tidak begitu besar. Aku tidak bisa membayangkan berada di rumah besar sendirian dengan suasana seperti ini, pasti membuatku trauma. Aku duduk di sofa ruang tamu sambil membaca buku agar ketakutanku teralihkan.
                Saat keadaan sedang hening, aku dikejutkan oleh suara teriakan gadis tetanggaku. Apa dia sedang bertengkar dengan pacarnya? Aku mencoba menguping melalui kamarku karena kamarku tepat di sebelah rumahnya.
                “Tidak... tidak... jangan... jangan bunuh aku... aku janji tidak akan memo-“.
Suaranya terhenti berbarengan dengan suara pukulan benda tumpul. Suaranya sangat keras sampai membuatku merinding. Aku berbaring dan mencoba menenangkan detak jantungku. Aku tidak percaya ini. Aku baru saja menyaksikan pembunuhan secara langsung, walaupun hanya suaranya saja. Aku sangat takut sekali. Aku langsung mengunci pintu kamarku dan bersembunyi dalam selimut. Suara pukulan itu masih terbayang di kepalaku.
                Setelah 15 menit aku mulai tenang dan mengantuk. Tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu depan rumahku. Setelah beberapa kali mengetuk, sekarang dia mulai menggedor. Semakin lama semakin keras. Dan bahkan mulai memukul pintuku dengan sesuatu. Dia mencoba mendobrak masuk.
Jantungku berdetak cepat. Gawat gawat gawat. Bagaimana ini? Apa dia tau kalau aku menguping? Sehingga dia ingin menghapuskan segala bukti dan saksi. Aku harus bagaimana? Aku tidak bisa kabur lewat jendela. Semua jendela dipasang besi tralis oleh ayahku dasar ayah sialan. Maafkan aku ayah tapi aku sedang panik saat ini.setelah memukul berkali-kali, terdengar suara bantingan yang sangat keras. Pintuku berhasil dijebol. Dia di dalam sekarang. Aku mendengar suara gaduh di segala penjuru. Dia mengobrak-abrik seisi rumah. Sepertinya dia memang sedang mencariku. Aku tidak boleh bersuara. Aku bersembunyi dibawah tempat tidur sekarang sambil menautup mulut dan menahan rasa takut.
                ...Brak!...
                Kini pintu kamarku yang dia dobrak. Dia tau aku ada di dalam sini. napasku menggebu-gebu. Hanya tiga kali pukulan, pintu kamarku terbuka. Aku pikir dengan bersembunyi di bawah tempat tidur dia tidak akan melihatku, tapi aku salah. Dia langsung bisa menemukanku saat pintu kamarku terbuka. Bukan karena dia hebat, tapi karena tinggi badannya tak setinggi manusia. Dia memang bukan manusia. Dia yang berselfie bersamaku hari ini.
                Mata kami saling bertemu. Pandanganku yang terkejut dengan pandangannya yang seperti psikopat. Matanya berubah, bagian yang putih menjadi hitam dan pupilnya yang semula berwarna biru cerah penuh kehangatan kini menjadi berwarna merah menyala penuh kejahatan. Mulutnya yang semula dipenuhi  senyuman, kini dipenuhi gigi runcing dan tajam yang diselimuti darah. Dia menggenggam bat baseball dari besi yang sudah penyok dan penuh darah.  Aku mulai menangis. Aku tak tau apa yang akan terjadi selanjutnya.
                “Akhirnya kutemukan!”
                Suaranya yang menggema sangat mengerikan. Aku merayap menjauh dan mencoba kabur darinya . Dengan cepat dia menangkap kakiku dan menyeretnya keluar dari bawah tempat tidur.
                “Tidak tidak tidak... menjauh dariku!”
                “Kau tidak bisa lari dariku!”
                “Kenapa... Kenapa aku? Apa salahku?”
                “Ini salahmu karena kau menyentuhku!”
                “Apanya yang salah dari menyentuhmu?!”
                “Kau telah membangkitkan rasa haus darahku! Dan satu lagi...”
                Dia membalikkan badanku sehingga kami saling bertatap muka. Dia meletakkan senjatanya dan menarik kerah bajuku kemudian mendekatkan wajahnya dan berbisik kepadaku diikuti tawa jahatnya.
                “Kau berfoto denganku kan? Sekarang kau harus membayarnya. WUAHAHAHAHAA!”
                Aku langsung merinding bahkan sampai kencung di celana. Tak ada harapan sudah. Aku akan mati.
                “Matilah!”
                Suara benturan bat basebol yang sangat keras tepat dikepala membuat isi kepalanya berhamburan. Si “SHY DUCK” Memakan jasadnya tanpa sisa. Akibat mengayunkan bat berkali-kali, cat di bajunya sedikit luntur. Sepertinya itu bukan cat, melainkan darah yang menutupi satu huruf lagi di depan nama di bajunya. Huruf “P”. Dengan nama itu sudah jelas sekarang sifat sebenarnya dari patung bebek itu.
                Keesokan harinya setelah kejadian itu, patung bebek kembali berada di depan tokonya. Ada sekelompok remaja berjumlah 5 orang yang berfoto dengannya. Kali ini dengan pose kedua tangannya membentuk pose PEACE. Totalnya empat jari yang diangkat. Dan sepertinya akan bertambah lagi. [TAMAT]


Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer