[STORY] | TAK BERUJUNG | (ONESHOT)
TAK BERUJUNG
Akhir-akhir ini, sebuah rumah terbengkalai yang
sudah tak ditempati selama lebih dari 10 tahun menjadi perbincangan hangat di
dunia maya. Konon katanya apabila ada yang berani masuk dan menelusuri setiap
ruangan di rumah itu maka dia akan berpindah ke dalam dimensi yang lain. Kabar
ini menimbulkan banyak pro kontra. Ada yang mempercayai dan ada yang
menyangkalnya, bahkan sering terjadi debat di dalam kolom komentar.
Seorang vlogger yang ambisius mencoba mencari
kesempatan dalam perselisihan ini. Volter Wattrickson memiliki ide mengeksplor
rumah yang menjadi perbincangan itu untuk dibuat sebagai konten dalam
channelnya. Ia berekspektasi kontennya kali ini akan mendapat banyak views oleh
karena itu Ia sudah menyiapkan seluruh peralatan yang dibutuhkan dan bersiap
pergi malam hari ini juga.
Volter pergi seorang diri tanpa ditemani oleh
siapapun. Ia pergi dengan menggunakan
mobil kesayangannya yang ia dapat dari hasil vloggingnya. Setelah sampai
di rumah yang dituju, ia memarkirkan mobilnya di bahu jalan. Tanpa basa-basi,
ia langsung menyiapkan peralatan dan memulai intro untuk videonya kemudian
masuk ke dalam rumah itu. Diluar dugaan, kondisi dalam rumah itu tidak terlalu
buruk. Furnitur yang ditinggalkan pun masih terlihat bagus, begitu juga dinding
dindingnya. Hanya saja banyak debu dan sarang laba-laba yang membuatnya
terlihat seram.
Satu per satu ruangan dimasuki oleh Volter tanpa
satupun yang terlewat. Sudah hampir satu jam ia menjelajah, akhirnya sampai di
ruangan terakhir lantai 3. Di lantai terakhir itu hanya ada sebuah lorong
panjang dengan sebuah pintu di ujungnya. Volter mendekati pintu itu dan
menjelaskan apa yang dia lihat dari pintu itu kepada kameranya seperti yang
biasa ia lakukan sebelum menjelaskan ruangan-ruangan lainnya. Di pintu itu terdapat goresan seperti bentuk
angka delapan namun dengan posisi horizontal. Volter hanya memberi tahu hal itu
saja. Kemudian ia membuka perlahan sambil berbisik.
“Permisi... apa ada orang?”
Begitu pintu terbuka lebar, terdapat sebuah pintu lagi
di seberang ruangan, namun mata Volter tertuju pada seseorang dengan rambut dan
jenggot yang panjang dan berwarna putih sedang duduk meringkuk di sudut
ruangan. Tubuhnya kurus kering seperti kurang makan dan kulitnya telah keriput.
Orang itu sadar dengan suara pintu yang terbuka kemudian mengangkat kepalanya.
Volter mendekat dan belum sempat menanyakan, orang itu berlari menerjang ke
arah Volter dan pergi keluar sambil berteriak
dan tertawa seperti orang gila.
“AKHIRNYA! AHAHAHAHA! BEBAS! AHAHAHAHAHA!”
Karena terkejut, Volter kehilangan keseimbangan
dan terjatuh terduduk. Kameranya lepas dari genggaman dan jatuh menghantam
lantai keramik yang keras. Lensanya terpisah dari kamera dan lampu senternya
juga mati. Karena tiba-tiba menjadi gelap, Volter tidak menyadari bahwa
kameranya rusak. Ia merasakan seperti sedang menduduki sesuatu dan benar saja,
ia menduduki sebuah benda yang sudah remuk. Ia tidak berpikir itu barang
miliknya karena yang ini terasa terlalu rapuh.
Volter mencoba meraba-raba dan menemukan
senternya. Ia mencoba menghidupkannya lagi dengan sedikit mengetuk-ngetuknya.
Setelah menyala, ia mencari kameranya. Emosinya memuncak setelah mengetahui
kamera kesayangannya rusak. Namun ia menenangkan diri dan mencoba meneruskannya
dengan menggunakan smartphonenya. Ia memeriksa tempat dia jatuh tadi dan
memastikan apa yang ia duduki. Ternyata ia menduduki sebuah lensa kamera, tapi
terlihat sudah sangat tua. Kemudian ia melihat-lihat tempat orang gila tadi berada.
Disekitarnya terdapat pecahan pecahan seperti kamera yang berserakan. Pada
dinding dan lantainya terdapat banyak goresan seperti sedang menghitung dan
jika dijumlahkan ada sekitar lima puluh goresan.
“Sepertinya orang itu sudah lima puluh hari berada
di ruangan ini, pantas saja badannya kurus seperti itu. Kenapa dia tidak segera
keluar saja dari tempat ini? atau mungkin dia disekap oleh seseorang? Kalau
benar seperti itu, aku juga harus segera keluar dari tempat ini.”
Volter langsung mengambil pecahan kamera miliknya
dan keluar dari ruangan tanpa mencoba membuka pintu yang satunya. Begitu sampai
lorong, dia tidak melihat tangga yang ia naiki sebelumnya. Ia hanya melihat
sebuah pintu di ujung sana yang sama persis seperti pintu di belakangnya.
Volter yang kebingungan tetap menghampiri pintu
itu dan membukanya, berharap itu adalah pintu keluar. Nyatanya, yang ia lihat
adalah ruangan yangsama tapi melalui sisi pintu yang berbeda. Di depannya
terdapat pintu yang sebelumnya ia masuki. Ia semakin bingung. Ia tidak percaya
dengan semua ini.
Ia mencoba berpikir sambil mondar-mandir dalam
ruangan itu. Tak kunjung mendapat jawaban ia coba melihat-lihat sekitarnya.
Setelah ia memperhatikan, ternyata banyak goresan-goresan yang terkumpul di
beberapa tempat dalam ruangan dengan jumlah yang berbeda-beda. Sepertinya orang
gila itu bukan orang pertama yang terjebak di sini.
Kemudian ia terus mengarahkan cahaya senternya ke
setiap sisi dan sudut ruangan. Begitu sampai di sudut tepat sebelah pintu yang
pertama ia masuki, Volter terkejut setengah mati karena mendapati sebuah
tengkorak dengan posisi yang sama persis seperti orang gila tadi. Bulu kuduknya
merinding dan ia mulai panik. Ia mencoba keluar dari pintu pertama, berlari ke
ujung lorong dan membuka pintu kedua, namun tetap ruangan itu yang ia temui.
Volter terus melakukan itu selama beberapa kali
sampai ia sadar cahaya bulan yang menyinari ruangan dari jendela semakin
bergerak cepat dan berganti dengan cahaya matahari lalu berganti lagi, terus
seperti itu berulang-ulang. Ia sadar, semakin sering melewati pintu itu, maka
waktu semakin cepat berlalu, namun hanya dalam ruangan itu saja karena setelah
Volter mengecek smartphonenya, waktu yang berjalan masih normal.
Ide untuk keluar melalui jendela pun sempat terlintas
di pikirannya, tapi setelah berpikir lagi dia mengurungkan niatnya. Alasannya
karena ini lantai 3 dan juga ia sepertinya sedang berada di dimensi yang lain,
jadi mungkin sangat berbahaya jika ia keluar sana.
Volter pasrah pada hidupnya dan terduduk tepat di
bawah jendela dengan posisi meringkuk menjepit kameranya dengan kedua lututnya.
Ia menunggu keajaiban terjadi dan seseorang akan menolongnya. Ia mulai
menghitung berapa kali ia melihat matahari dan menandainya pada kalender di
smartphone miliknya. Setelah dapat 365 kali ia akan menandainya di lantai
dengan sebuah goresan yang dia buat menggunakan pecahan lensa kameranya untuk menandakan
satu tahun.
Waktu terus berlalu di ruangan itu dan Volter
terus embuat goresan. Tubuhnya mulai menua akibat termakan waktu dalam ruangan
yang berlalu sangat cepat. Peralatannya pun mulai terlihat rapuh namun isi
baterai dan perangkat lunaknya tetap berfungsi dengan baik, bahkan kameranya
yang rusak masih tetap bisa merekam walaupun tidak ada gambar yang terlihat.
Pada goresan ke-70, tangan Volter lemas dan
menjatuhkan smartphonenya yang kemudian hancur berkeping-keping karena sudah
rapuh. Kameranya pun terjatuh dari pangkuannya dan hancur dengan menyisakan
layarnya yang menunjukkan rekaman berhenti pada durasi 8:01:35 kemudian meredup
dan mati.
Tepat pagi harinya, polisi menyelidiki rumah
tersebut setelah mendapat laporan dari orang tua Volter. Mereka memeriksa
ruangan yang dimasuki Volter, namun mereka hanya menemukan beberapa
barang-barang tua yang sudah hancur lebur, goresan pada bagian dinding dan
lantai, dan debu yang menumpuk pada bagian bawah jendela dan sebelah pintu. Tak
ada tanda tanda dari Volter selain mobilnya yang terparkir di bahu jalan di
depan rumah ini.
Ternyata tak hanya orang tua Volter saja, tapi
banyak orang tua lain juga yang melaporkan anaknya tak kembali setelah berpamit
untuk pergi ke rumah itu. Polisi pun dibuat kebingungan oleh kasus ini.
Akhirnya kasus ini menjadi misteri yang paling terkenal dan terus di bahas
dalam dunia maya.
[TAMAT].
Next next next next (。’▽’。)♡
BalasHapusSiap Siap Siap ^^
Hapus